Selasa, 12 Mei 2009

Cari makan murah di wonosobo

Mau cari makan atau sekedar camilan disini tempat dan waktu nya :

jam 4- 7 pagi kita bisa makan gudeg bu jinah di plaja wonosobo, disekitar plaza wonosobo juga ada banyak jajanan lain, mulai hanya sekedar ngopi atau makan roti bakar juga ada.

kalo jam 9-10 pagi masih lapar, kita  bisa cari makan di warung ijo (kertek) menunya enak tapi kalo yang punya kolesterol jangan deh.
atau makan pagi di entog nya di kertek juga enak. coba deh

kalo siang sih, makan siang yang enak bisa di rumah makan padang salero kito, sampingnya warnet bina nusantara, walau rumah makannya kecil, tapi masakannya padang banget lho

sore enaknya makan bubur sum sum nya bu ?, aduh lupa namanya, pokoknya enak deh, rugi kalo ke wonosobo ndak makan itu,   siapa ya pokoknya tempatnya masuk gang kecil... tapi siap-siap antrinya biasanya lama, karena penggemarnya banyak.
atau mau nyoba mie ongklok, coba aja di daerah tosari ada warung makan mie ongklok yg enak.

malam, kemana nih ?
malam jangan makan yg berat-berat, enaknya makan nasi kucing sama tempel kemul hangat, yg paling enak di sudagaran yg jualanibu-ibu gorengnya  pake arang, tempatnya deket martabak alaska maju sedikit.
menurutku nasi kucing dan tempe kemul disana paling enak deh..
jam 10 malem masih lapar, datang aja ke palaja wonosobo, disana ada banyak parkir tukang sate madura keliling, ada sekitar 15 pedagang yg tiap jam 10 mangkal di sana.
selamat berwisata kuliner deh

Mahalnya Harga sebuah Pelayanan Pemerintah

Ciri-ciri Pelayanan Pemerintah :
  • Bertele-tele, kalo bisa lama kenapa harus dipercepat, itu semboyan Pelayanan masyarakat
  • Petugasnya tidak profesional
  • Petugasnya tidak ramah, dan hanya bisa ramah kalo ada tambahan uang saja
  • Tempatnya tidak nyaman, mana ada layanan pemerintah yang ruangannya nyaman, coba      bandingin sama layanan di bank, jauh deh
  • Biaya tinggi, ada banyak tambahan biaya
  • Tidak transparan, tarif resmi tidak di pasang karena takut ketahuan
  • Tidak ada kejelasan, jadinya kapan ndak jelas deh
  • Kalo ada masalah tidak ada yg bertanggungjawab

di wonosobo gimana ???
kayaknya masih sama seperti ciri-ciri  yang diatas
terus kalo mau bagus gimana ???
yah pemotongan generasi kali jawabnya.... 

Senin, 11 Mei 2009

Kepala desa berpolitik ???

Sudah sangat jelas... baik secara aturan UU dan PP, bahwa kepala desa dilarang berpolitik. bukan tanpa maksud dan tujuan... saya rasa semua tahu bahwa kepala desa dipilih langsung oleh masyarakat dan merupakan cermin pelaksanaan prinsip demokrasi langsung yang masih bertahan dan ada sampai saat ini.
masyarakat memilih seorang calon kepala desa secara langsung, dan tidak melihat dari sisi politisnya. sehingga jika kades berpolitik maka warga masyarakat desa yg pluralis akan jadi terpecah dan orientasi bekerja akan berubah menjadi politis.
mungkin tidak adil.... tapi ini demi kepentingan yg lebih banyak yaitu masyarakat.
sudah ada laranganpun... Pemilu legislatif kemarin. banyak kades secara diam-diam atau terbuka mengkampanye kan calon legislatif partai tertentu... sangat disayangkan sebenarnya.
warga masyarakat jadi terkotak-kotak... seperti warna pelangi...
jangan sampai dampak politik di pusat harus juga mengorbankan warga masyarakat di desa.

Penyerahan Urusan kepada Desa, Wajib Lho !!!

PP72 tentang Desa, memerintahkankan agar sebagian urusan pemerintahan kabupaten agar bisa diserahkan ke desa... dan agar kuat maka ditetapkan dengan Peraturan daerah.
Ada banyak kabupaten yg belum menyerahkan sebagian urusan otonominya kepada desa. Walau PP 72 keluar sejak tahun 2005, namun Depdagri mestinya juga tahu bahwa PP 38 kan baru turun tahun kemarin .. jadi wajar dong kalo beberapa kabupaten belum menyerahkan urusan kabupaten ke desa.
Kita tahun permendagri nya yg mengatur tentang tatacara penyerahan urusan kedesa agak berbeda dengan PP 38 nya, sehingga bagi kabupaten yg belum buat perda penyerahan urusan, maka patokan kita adalah ke PP 38 yang ditindak lanjuti oleh setiap daerah dengan membuat Perda tentang urusan yg menjadi kewenangan Kabupate.
Baru dari Perda Urusan itulah... sebagian urusannya kita pilih man yang bisa diserahkan ke desa.
tapi prinsip.. kita pasti akan menyerahkan urusan kita ke desa kok, so depdagri jangan khwatir banget deh...
tunggu aja tahun ini selesai deh

Undang-Undang Tentang Desa Suatu Kebutuhan ?

Depdagri saat ini sedang getol-getolnya membahas rancangan UU tentang Desa, pembahasan dilakukan secara kontinue yg melibatkan berbagai elemen masyarakat, mulai dari unsur birokrasi, aparatur pemerintah desa, lsm, dan akademisi .
draf UU tentang desa sendiri, kalo dikaji mirip atau bisa dikatakan sama dengan isi dari PP 72 Tahu 2005 tentang Desa, jadi sebenarnya hanya meningkatkan status dari PP menjadi UU.
dan kalo di kaji lebih dalam dfraf UU tersebut malah cenderung mengurangi kewenaangan desa, karena dalam beberapa pasal Draf UU tersebut, ada banyak hal yg seharusnya tidak diatur oleh pusat secara seragam... artinya hal-hal yg tidak krusial sudah seharusnya diantur secara mandiri oleh desa itu sendiri.
ada satu pernyataan dari salah satu orang peserta  pembahasan Draf UU tersebut, yaitu penanya yg berasal dari unsur akademisi, beliau menyatakan bahwa " jangan sampai penyusunan UU tentang Desa hanya dijadikan untuk alat untuk memuaskan dahaga akademik" nampaknya pernyataan ini ditujukan buat si penyaji yaitu mas eko sutoro dari akademisi STPMD Yogyakarta.